Sejarah LEGO® - 1930 ke 1940 (Bagian 9)

Asal mula perusahaan LEGO (The beginning of the LEGO Group)

Krisis ekonomi global memaksa pengrajin kayu Ole Kirk Kristiansen untuk membuat produk yang mudah dijual. Awal dari Perusahaan LEGO dimulai dari mainan kayu seperti mobil-mobilan, pesawat dan yoyo. Ole Kirk Kristiansen juga membuat tangga, papan setrika, dudukan pohon natal dan produk kayu lainnya yang digunakan sehari-hari. Awal perusahaan berdiri sangatlah sulit dan Ole harus meminta bantuan kepada keluarganya, Keluarganya tidak selalu setuju dengan Ole Kirk Kristiansen. Ketika dia meminta bantuan kepada para kakak laki-laki dan perempuannya menjadi penjamin untuk pinjaman sebesar DKK 3.000 untuk kebutuhan perusahaannya, salah satu dari mereka berkata “Tidak dapatkah kamu mengerjakan hal yang lebih berguna?”. Ole Kirk Kristiansen mengembalikan pinjamannya berikut dengan bunga majemuknya pada tahun 1939. Saat tersebut merupakan hari penting baginya, sebut anaknya Gotfred Kirk Christiansen di kemudian hari.

The global economic crisis forces carpenter Ole Kirk Kristiansen to produce new easy saleable products. The beginning of the LEGO Group starts with wooden toys, such as cars, airplanes and yoyo's. Ole Kirk Kristiansen also produces ladders, ironing boards, Christmas tree stands and other articles for everyday use. It is a tough beginning for the company and Ole reaches out to his family for help. The family does not always agree with Ole Kirk Kristiansen. When he asks his brothers and sisters to act as guarantors for a loan of DKK 3,000 to secure the company’s future, one of them asks: “Can’t you find something more useful to do?” . Ole Kirk Kristiansen repays the loan at compound interest in 1939. It is a big day in his life, his son Godtfred Kirk Christiansen later recalls.

LEg GOdt menjadi nama LEGO® (LEg GOdt becomes the LEGO® name)

Sebelum 1934, Ole Kirk Kristiansen memproduksi bangunan, perabot, dan mainan, tapi pada tahun tersebut dirinya memutuskan untuk berfokus pada pembuatan mainan. Keputusan ini melibatkan pencarian nama untuk perusahaan. Perusahaan merubah namanya setelah Ole Kirk Kristiansen mengadakan kompetisi di antara para pegawainya untuk menemukan nama yang tepat bagi perusahaannya. Pemenang kompetisi (yang akan mendapat hadiah satu botol minuman anggur buatan Ole Kirk Kristiansen) adalah….diri Ole Kirk Kristiansen sendiri, yang memainkan dua kata bahasa Denmark LEG GODT (yang berarti Bermain dengan Baik) untuk menciptakan nama LEGO. Tujuan dari penamaan tersebut adalah untuk mencerminkan kualitas dan hak dari anak-anak untuk menikmati permainan. Ole Kirk Kristiansen di kemudian hari menulis untuk mencurahkan hidupnya untuk membuat mainan: “Hal ini terjadi di hari saat saya mengatakan kepada diri saya ‘kamu harus memilih antara menghentikan kegiatan perkayuanmu atau berhenti memikirkan mainan di kepalamu’ baru saya melihat konsekuensi jangka-panjangnya. Dan kemudian keputusan ini ternyata merupakan keputusan yang tepat.” Dalam beberapa tahun Ole Kirk Kristianssen telah meletakan fondasi dari apa yang kemudian menjadi perusahaan pembuat mainan terbesar di dunia.

Until 1934, Ole Kirk Kristiansen manufactures buildings, furniture and toys, but that year he decides to concentrate on toy production. This decision involves finding a new name for the company. The company changes its name after Ole Kirk Kristiansen holds a competition among his employees to find a good name for the business. The competition winner (who can claim the prize of a bottle of Ole Kirk Kristiansen’s home-made wine) is ... Ole Kirk Kristiansen himself, who has played with the two Danish words LEG GODT (meaning Play Well) to produce the LEGO name. The intention of the name is to reflect quality and children´s right to enjoyable play. Ole Kirk Kristiansen writes later about devoting his life to the manufacture of toys: “It wasn’t until the day I told myself ‘you’ll either have to drop your old craft or put toys out of your head’ that I began to see the long-term consequences. And the decision turned out to be the right one.” Within a few years Ole Kirk Kristiansen has laid the foundations of what is to become one of the world’s leading toy making companies.

 

Kualitas di atas segalanya (Quality above all)

Ole Kirk selalu menjamin kualitas dari produknya, hal ini terus dilanjutkan pada pembuatan mainan kayunya. Dia yakin bahwa anak-anak patut mendapatkan mainan dengan kualitas tertinggi, terbuat dari bahan-bahan terbaik, sehingga mainan tersebut bisa bertahan bertahun-tahun lamanya. Dia menggunakan kayu beech, yang dikeringkan dengan udara selama dua tahun, lalu dikeringkan dengan pemanas selama tiga minggu. Kayu tersebut kemudian dipotong, diamplas, dipoles dan diberikan tiga lapis pernis atau cat. Seperti halnya pada pembuatan perabot. Ole Kirk Kristiansen mewajibkan mutu terbaik pada setiap tahapan proses, terutama terhadap anak-anaknya. Anak laki-lakinya, Godtfred Kirk Christiansen suatu hari mengantarkan mainan bebek kayu yang telah dicat ke stasiun kereta api. Saat dia kembali ke pabrik, dia dengan bangga mengatakan kepada ayahnya bahwa dia telah melakukan hal pintar untuk menghemat uang perusahaan. “Bagaimana cara kamu melakukan itu?” tanya Ole Kirk Krisiansen. “Saya hanya memberikan bebek-bebek tersebut dua lapisan pernis, tidak tiga lapis seperti yang biasa kita lakukan!” Ayahnya kemudian langsung menjawab “Kamu segera berangkat menjemput kembali bebek-bebek tersebut, lalu berikan lapisan pernis terakhir, kamu kemas kembali dan kembalikan ke stasiun! DAN hal ini harus kamu lakukan sendiri - bahkan bila hal ini harus kamu lakukan semalaman!”. “Hal ini mengajarkan saya pelajaran atas mutu,” kata Godtfred Kirk Christiansen di kemudian hari. Setelah mengalami hal tersebut, Godtfred mengukir papan kayu yang bertuliskan moto perusahaan “Hanya yang terbaiklah yang cukup baik” dan mengantungkannya pada dinding pabrik untuk mengingatkan kepada semua pegawai sikap perusahaan terhadap mutu.

Ole Kirk Kristiansen has always guaranteed the quality of his work, something he continues to do in his work with wooden toys. He is convinced that children deserve toys of high quality, made of the finest materials, so that they will last for many years of play. He uses beechwood, which is first air-dried for two years, then kiln-dried for three weeks. It is then cut, sanded, polished and given three coats of varnish or paint. Just like real furniture. Ole Kirk Kristiansen demands quality at every stage of the process, especially from his own children. Son Godtfred Kirk Christiansen once took a consignment of painted wooden ducks to the railway station. Back at the factory, he proudly tells his father he’s done something really clever and saved the company money. “How did you manage that?” asks Ole Kirk Kristiansen. “I gave the ducks just two coats of varnish, not three as we usually do!” Back comes his father’s prompt response: “You’ll immediately fetch those ducks back, give them the last coat of varnish, pack them and return them to the station! AND you’ll do it on your own – even if it takes you all night!”. “That taught me a lesson about quality,” says Godtfred Kirk Christiansen on a later occasion. After the lesson, Godtfred carves out wooden signs of the company motto “Only the best is good enough” and hangs on the wall of the factory to remind employees of the company attitude to quality.

Pembelian alat milling pertama (Purchase of the first milling machine)

Ole Kirk Kristiansen tertarik dengan segala tipe teknologi baru, yang dapat meningkatkan mutu dan merasionalisasikan produksi. Ketertarikannya pada teknologi baru, peralatan dan mesin, bahan-bahan baru dan cara metode proses sangatlah jelas untuk memajukan perusahaannya. Dia memiliki bakat dapat mendeteksi sebuah potensi, sebuah kemampuan yang terkadang dipandang skeptis [tidak dianggap] oleh keluarganya sendiri. Ole Kirk membeli alat millingnya yang pertama dari Jerman pada pertengahan tahun 1930. Dia membayar sebesar DKK 3.000 untuk mesin itu. Pada saat itu, sebuah rumah bernilai sebesar DKK 4.000 dan 5.000. Sudah tidak diragukan lagi, dia melakukan investasi yang sangat besar. Jumlah yang dibayarnya untuk mesin tersebut bernilai satu per tiga dari total keuntungan perusahaan pada tahun sebelumnya. Terlepas dari harga mesin milling tersebut, Ole Kirk Kristiansen tidak ragu untuk melakukan investasi tersebut; mesin tersebut akan meningkatkan kualitas dari mainan kayunya.

Ole Kirk Kristiansen is interested in all forms of new technology, which can improve quality and rationalize production. His interest in new technology, tools and machinery, new materials and processing methods is also obvious when it comes to his own company. He has the gift of spotting potential, an ability his immediate family occasionally view with some skepticism. Ole Kirk buys his first milling machine in Germany in the mid-1930s. He pays DKK 3,000 for it. At the time, a house costs between DKK 4,000 and 5,000. There is no doubt he is making a significant financial investment. The sum he pays for the machine equals one-third of the company’s total profit the previous year. Irrespective of the price of the milling machine, Ole Kirk Kristiansen is in no doubt about the investment; the machine will increase the quality of wooden toys.

Anak kecil membutuhkan mainan - juga pada masa sulit (Children need toys - even in hard times)

Pecahnya Perang Dunia II tidak membatasi produksi mainan Ole Kirk Kristianden. Pada saat krisis, permintaan akan mainan sangatlah besar dari biasanya. Pada dua tahun awal dari perang, perusahaan ini mendapatkan penjualan sebesar dua kali lipat. Dikarenakan perang, semua kegiatan impor dihentikan sehingga menguntungkan penjualan produk di dalam negeri Denmark sendiri. Di kemudian hari, bahan dari logam dan karet tidak diperbolehkan untuk produksi dari…mainan. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi mainan kayi Denmark dan berarti produksi dari perusahaan LEGO.

The outbreak of World War II does nothing to limit Ole Kirk Kristiansen and his toy production. In times of crisis, the demand for toys is greater than ever. During the first two years of the war, the company doubles its sales. Due to the war, all import activity is halted which naturally favors the sale of Danish goods. Later, it is forbidden to use metal and rubber for such things as ... toys. This boosts production of Danish wooden toys and thus also LEGO production.

 

Kebakaran pada tahun 1942 (The fire in 1942)

Sebuah kebakaran besar terjadi di pabrik pada tahun 1942 menghancurkan semua pekerjaan sepanjang hidup Ole Kirk Kristiansen.

A devastating fire in the factory in 1942 virtually destroys Ole Kirk Kristiansen’s life work. During the night of March 20, 1942, a fire rages through the woodworking factory, but the adjoining family home is saved from the flames. The fire is almost too much to handle for Ole Kirk. He relates the story in his memoirs: “At three o’clock in the morning one of the young men who sleep in the workshop comes and shouts ‘The factory’s burning!’ It was a shocking message – and painful. I struggled to get a grasp of the situation but I had to pause for a moment and kneel to God. It was my thanks to him who knows all things, and it gave me peace and quiet in my mind.” Ole Kirk almost abandons the idea of rebuilding the factory. The insurance cannot cover the loss and construction of a new production facility. He receives a number of offers from other parts of Denmark to build a factory but finally decides to remain in Billund, thereby securing the jobs of his 15 employees. It becomes possible to rebuild the factory with the accommodating attitude of Vejle Bank, which grants Ole Kirk the necessary loan. With the assistance and support of family and employees, the first dedicated toy factory is built at the site of the old woodworking factory. By the end of the year production has resumed, and by the following year the company is employing 40 people.

Artikel ini dikutip dan diterjemahkan dari website LEGO (The English article is copied verbatim from LEGO website).

Sumber berita (Source):


Semua foto dan keseluruhan konten pada artikel ini merupakan hak cipta milik perusahaan The LEGO Group (all the photos and entire content in this article are copyrighted and owned by The LEGO Group). 

Previous
Previous

LEGO® MOC Creator dan Kontestan LEGO Masters Swedia 2020 - Sarah Beyer

Next
Next

Apa Itu LEGO IDEAS?