Anak berkerudung Merah (Little Red Riding Hood) - Bagian 3


Kisah Anak Berkerudung Merah, bagian 3 (A Tale of Little Red Riding Hood, part 3)

Previously, we met Amy Brown whom everyone knows as Little Red Riding Hood; Harry Wolf appeared as Wolfie; and Larry Woods was the axe-wielding woodsman. They all came together at Grandma's House. As part 2 came to an end, Wolfie was about to tell the story of how he came to be a werewolf. Our story continues below.

Sebelumnya, kita telah mengetahui Amy Brown yang dikenal sebagai Anak Berkerudung Merah; Harry Wolf muncul sebagai Wolfie, dan Larry Woods sebagai penebang kayu bersenjatakan kapak. Mereka semua berkumpul di rumah Nenek. Saat bagian kedua berakhr, Wolfie hendak menceritakan bagaimana dia berubah menjadi seekor werewolf. Ceritanya akan berlanjut di bawah.

I began life as an ordinary, happy child. Both of my parents loved me and I loved them.

Aku memulai hidupku sebagai anak normal yang sangat bahagia. Kedua orang tuaku sangat mencitaiku dan aku mencintai mereka.

My mother was an author and illustrator of children's books. I was her test audience. My mother taught me to read very early.

Ibuku adalah seorang pengarang dan ahli gambar buku cerita anak. Aku merupakan tempat uji bukunya. Ibuku mengajariku untuk membaca sedini mungkin.

My mother's stories were full of adventures. The stories I liked best were the ones involving the moon. She wrote several series of books about the Man in the Moon and his Little Green Men.

Cerita karangan ibuku selalu penuh dengan petualangannya. Cerita-cerita yang kusukai biasanya yang berkaitan dengan bulan. Ibuku mengarang beberapa buku seri mengenai Manusia di Bulan dan Manusia-Manusia Hijau Kecil.

My all-time favorite was about the Goddess of the Moon. She lived alone on the moon. Her true love lived on the Earth. They were never able to be together. She was immortal and he was not.

Cerita favoritku adalah yang mengenai Dewi Bulan. Dia tinggal sendirian di bulan. Cinta sejatinya hidup di Bumi. Mereka tidak pernah dapat hidup bersatu. Sang dewi hidup kekal sedangkan kekasihnya tidak.

My mother’s stories inspired me to dream of going to the moon. I built my own rocket out of cardboard boxes and other things I found around the house. I flew many missions to the moon in my homemade rocket.

Cerita-cerita ibuku menginspirasiku untuk memiliki impian pergi ke bulan. Aku membuat roket dengan kotak-kotak kardus dan barang-barang lainnya yang ada di rumah. Aku lalu sering terbang ke bulan menggunakan roket buatanku.

On clear nights mother and I would sit and gaze at the moon. She pointed out the Man in the Moon. I could not see him. Finally, I drew a picture of how I thought the Man in the Moon looked. I wanted to see the Goddess, too. My mother told me the Goddess was difficult to see because she did not want anyone, except her true love to see her. But, I continually looked for her.

Pada malam-malam yang cerah, Ibuku dan aku akan duduk dan memandangi bulan. Dia menunjuk ke arah Manusia di Bulan. Aku tidak dapat melihat dirinya. Pada akhirnya aku menggambar bagaimana Manusia di Bulan terlihat menurut diriku. Aku juga mau melihat sang Dewi. Ibuku berkata sang Dewi sulit dilihat karena dia tidak mau semua orang melihatnya selain cinta sejatinya. Tetapi, aku terus mencoba melihatnya di bulan.

For my seventh birthday, my parents gave me a telescope. My father said I was free to use it anytime except on nights when the moon was full. He said I must never go outside while the moon is full. I agreed to his rule because I wanted the telescope.

Saat ulang tahunku yang ketujuh belas, orangtuaku membelikanku sebuah teleskop. Ayahku berkata bahwa aku bebas menggunakannya setiap saat kecuali sat malam-malam bulan purnama. Dia berkata aku sama sekali tidak boleh keluar saat bulan purnama. Aku menyetujui aturan tersebut karena aku menginginkan teleskop itu.

I went out every clear night with my telescope and sketch pad. I wanted to create a detailed drawing of the moon. Each night I added more details. I thought this would be my map when I traveled to the moon.

Aku keluar rumah setiap malam yang cerah dengan teleskop dan buku gambar. Aku hendak mengambar bulan dengan jelas. Setiap malam aku terus menggambar dengan menambahkan detail. Aku merencakan untuk membuat peta untuk diriku berpergian ke bulan nantinya.

Shortly after my eighth birthday, the new school year began. That year we started switching rooms for different classes. One day, my science teacher announced there would be a Super Full Moon that night. She asked if anyone knew what that meant. I was the only one to raise my hand. I told her the moon would be in perigee, that is the point in the moon's orbit around the Earth when the moon is at its closest to the Earth. Since it was a full moon in perigee, it would appear larger than usual. Teacher gave me extra points for my answer.

Tidak lama setelah ulang tahunku yang ke delapan belas, tahun ajaran baru telah dimulai. Tahun itu kami mulai menggunakan ruangan baru untuk kelas pelajaran berbeda. Suatu hari, guru sainsku mengumumkan bahwa malam nanti akan ada fase Bulan Baru. Dia bertanya apakah ada yang mengetahui artinya. Aku seorang yang menaikan tangan. Aku menjelaskan kepadanya bahwa saat itu bulan akan berada di posisi perigee, yaitu titik di mana orbit bulan saat mengelilingi Bumi berada pada jarak terdekat dengan Bumi. Dikarenakan saat itu bulan purnama pada posisi perigee, bulan akan terlihat lebih besar dari biasanya. Ibu guru memberikanku nilai lebih untuk jawaban tersebut.

I was excited to go home and set up my telescope to observe the moon that night. A voice in my head reminded me of my father's rule about full moon nights. I decided I would be quick and my parents would never notice that I was not in the house.

Aku sangat bersemangat untuk segera pulang ke rumah dan menyiapkan teleskopku untuk mengamati bulan pada malam hari. Sebuah suara di kepalaku mengingatkanku akan aturan dari ayah mengenai malam-malam bulan purnama. AKu memutuskan untuk melakukannya dengan cepat dan orang tuaku kemungkinan tidak menyadari bahwa aku tidak ada di rumah.

When I arrived home, I helped mother prepare dinner. Then I hid my telescope and sketch pad outside. After dinner, my parents went off to discuss their days and left me on my own. That's when I slipped out of the house and set up for observing the Super Full Moon.

Ketika aku tiba di rumah, aku membantu ibuku menyiapkan makan malam. Lalu aku menyembunyikan teleskopku dan buku gambar di luar. Setelah makan malam, kedua orang tuaku menceritakan apa yang mereka lalui sehari-hari dan aku ditinggalkan untuk bebas beraktivitas. Saat itulah aku menyelinap ke luar rumah dan mulai bersiap-siap untuk mengamati fase Bulan Penuh.

I was totally absorbed by the sight of the moon. I felt like the moon was close enough to almost touch it. I lost track of time. I was busy observing the moon through my telescope and sketching what I saw in my sketch pad. I was unaware that I was not alone out there.

Aku sangat terfokus mengamati bulan. Aku merasa bulan sangat dekat sehingga dapat kupegang. Aku lupa dengan waktu. Aku sangat sibuk mengamati bulan melalui teleskop dan menggambar apa yang kulihat di atas buku gambar. Aku tidak menyadari bahwa diriku tidak sendirian di luar.

Suddenly, I was attacked from behind. I was grabbed, thrown to the ground and bitten on my right shoulder. I howled in pain. The beast was preparing to bite me again when my father came running out of the house and chased the creature away.

Tiba-tiba, aku diserang dari belakang. Aku dipegang, dilempar ke tanah dan digigit pada bahu kananku. Aku berteriak kesakitan. Mahluk tersebut bersiap untuk mengigitku lagi ketika ayahku berlari ke luar rumah dan mengusir mahluk tersebut pergi.

I need to stop here and refresh myself. I will continue after we enjoy a snack together.

Aku berhenti dulu untuk menyegarkan diri. Aku akan melanjutkan cerita setelah kita menikmati makanan kecil bersama.

While Wolfie and his friends enjoy a quick snack, what are your thoughts on Wolfie’s story so far? What do think might happen next? The next episode will reveal more of Wolfie’s story. Stay tuned…

Sambil menunggu Wolfie dan teman-temannya menikmati makanan kecil, apa menurutmu dengan cerita Wolfie saat ini? Apa yang menurutmu yang akan terjadi berikutnya? Episode berikutnya akan mengungkapkan lebih banyak lagi kisah Wolfie. Ikuti terus ceritanya…

Previous
Previous

Ulasan LEGO 60283 Holiday Camper Van

Next
Next

Review LEGO 60328 Beach Lifeguard Station